Kenangan Hangat Bersepeda

Melihat Hanif bisa mengayuh sepeda tanpa roda bantu membuatku ingat kenangan dibelikan sepeda dan diajari naik sepeda oleh bapak saat kecil dulu. Seingatku aku minta dibelikan sepeda mini Wimcycle baru, tapi yang dibawa bapak pulang saat itu sepeda mini bekas tanpa merk yang warnanya pudar, dibeli seharga seratus ribu jaman itu (sekitar akhir tahun 1998-an). Waktu kulihat sepedanya, aku agak kecewa sempat berpikir, "Kok kayak gini?Apa gak ada yang lain?" Tapi aku gak berani bilang ke bapak karena aku tahu bapak kesusahan mendapatkan uang untuk membelinya. Jadi, ketika disuruh mencoba, ya aku tetap coba pakai. Ketika kupakai sepedaan terkadang ada perasaan sedikit minder.

Sekarang ketika bapak sudah tidak ada, ternyata kenangan seperti ini sungguh membuat hatiku hangat dan bersyukur. Alfatihah untuk bapak. Bapakku dengan pekerjaannya yang hanya sebagai buruh bangunan dan tukang jaga malam, mengumpulkan sedikit demi sedikit gajinya untuk menyenangkan anak perempuannya. Aku lega karena mulutku tak sempat ucapkan malu punya sepeda seperti itu yang dibelikan bapak di toko sepeda bekas milik tetangga. Ada juga suatu hari ketika aku lebih besar dan membutuhkan sepeda yang lebih besar lagi, bapak mengajakku ke toko sepeda bekas itu. Bapak menyuruhku memilih mana sepeda bekas yang kumau. Jujur saat itu hanya ada satu atau dua pilihan sepeda yang lebih besar, kondisinya pun sudah terlihat karatan di beberapa titik tapi masih sangat layak pakai. Jadi aku pilih salah satu dan lagi-lagi diperbaiki dan dicat ulang oleh bapak pakai pilok. Saat sepeda mini dulu, bapak cat dengan warna merah darah, lalu yang kali ini bapak cat dengan warna hitam dan hijau kalau tidak salah. Sadelnya diganti yang empuk, diberi bel, karet stang nya juga diganti, diberi keranjang depan dan boncengan pada sepeda mini. Pokoknya bapak perbaiki sedemikian rupa sampai berbeda dari awal beli. Masyallah. Mungkin ingatan kita tidak selalu merekam hal-hal senang dan indah ya, tapi hal-hal yang membuat kita merasa malu, kecewa, antusias justru yang mudah diingat. 

Saat itu aku diajarin bapak bersepeda di jalan bawah pohon bambu rimbun dekat rumah, kalau siang teduh dan sejuk, tapi kalau malam horor apalagi saat ada angin suara pohon bambu dan dedaunan yang saling bergesekan sungguh menyeramkan. Aku bisa bersepda dengan sepeda bekas itu, kupakai saat bermain sepeda, dipakai juga oleh ibuk saat menjemputku. Soal menjemput sekolah aku jadi ingat, ibukku menjemputku siang hari saat MI dulu dengan sepeda mini itu. Aku diboncengnya dengan pelan dari sekolah ke rumah berjarak dua kilometer. Kalau pakai motor paling cuma sepuluh menit, tapi kalau pakai sepeda kan bisa dua kali tiga kali lipat waktunya, setiap hari, siang hari. Kalau pagi sepertinya aku diantar bapak pakai motor merah pitung, motor bebek tahun tujuh puluhan.

Nah, hari ini 11 Maret 2024, anakku bisa bersepeda kayuh tanpa roda diajari oleh ayahnya. Awalnya roda bantunya dilepas satu sisi kiri, lalu Hanif coba dan langsung berhasil, dia percaya diri. Selanjutnya roda bantu kanan juga dilepas dan dia pun melaju dengan bahagia, tertawa lepas.

Alhamdulillah, aku terharu, hatiku hangat. Semoga Hanif juga merasakan kehadiran ayahnya ketika belajar sepeda ini. Aku bahagia. Terima kasih suamiku sayang telah mengisi tangki cinta anakmu dengan kenangan yang membahagiakan. I love you both :) 

Comments

Popular Posts