Latihan Haflah Lalu Minta Belikan Mic dan Speaker
Beberapa hari sebelum tampil di pentas haflah, Hanif dan teman-temannya melakukan gladi bersih di hotel langsung. Saat itu aku tak banyak intervensi, aku biarkan Hanif fokus mengikuti arahan gurunya. Tugasku hanya memastikan agar Hanif sudah hafal kalimat bagiannya dan menyiapkan seragam TNI yang sudah kami pinjam beberapa hari sebelumnya ke teman Hanif.
Oh ya terkait intervensi ini, aku pernah membaca pengalaman seorang seleb sosial media Instagram yang bercerita terkait anaknya yang ketika maju presentasi malah buyar nge-blank gara-gara orang tuanya terlalu banyak ikut campur, jadi kesannya malah anak tidak dipercaya untuk berproses dengan caranya, jadi tidak percaya diri dengan kemampuannya, dan malah jadi bingung agar terlalu banyak masukkan.
Aku sedikit belajar dari pengalaman itu, jadi saat Hanif mau tampil di pentas, aku tidak memberi terlalu banyak masukan. Aku hanya menciumnya, memastikan pakaian seragamnya sudah kubawa dalam tas dan mengatakan 'semangat anak sholeh!'. Selebihnya bu guru sudah menghandle. Saat di rumah aku membenarkan posisi hormat tangan Hanif yang terlalu ke belakang, ehh ternyata saat di pentas malah ada kejadian lucu hormatnya tertukar dengan tangan kiri karena dia bingung tangan kanannya terlanjur ambli microphone. Hahahaha
Dari hasil latihan dan waktunya tampil di pentas, aku merasa Hanif sangat mandiri dan percaya diri secara alami. Bahkan, saat pulang dari latihan dia memintaku untuk membelikannya microphone dan speaker.
"Ibuk belikan Hanif mic dan speaker untuk berlatih 'cita-cita kami..' itu buk.", ucapnya saat keluar dari hotel selepas gladi bersih.
"Yaaah, Hanif tampilnya tinggal besok lusa.", kataku menyanyangkan.
"Gitu ya? Yaudah deh", katanya tanpa penolakan.
Sebenarnya dari dulu pengen beli mic begitu, tapi selalu gak jadi karena merasa bukan hal mendesak. Selain itu, ayah Hanif bilang mic dan speaker tidak harus pakai yang seperti itu (seperti pada umumnya), karena smartphone juga bisa dijadikan mic dan speaker bisa pakai portabel yang sudah dipunya sebelumnya. Aku terdiam dan berpikir, bener juga yaa kenapa nggak pernah dicoba. Hahahaha Tapi mungkin akan berbeda sih ya rasa memegang mic dengan alat pengganti lainnya.
Melihat Hanif berlatih dengan baik, tampil dengan berkesan dan lucu, membuatku banyak belajar bahwa Hanif yang tingkahnya suka kesana kemari kurang bisa tenang, ternyata bisa juga tampil mengandalkan kemampuannya, mau mendengarkan gurunya dengan baik dan mampu bekerja sama dengan teman-temannya. Kompak, percaya diri dan berani tampil. Masyallah, anak hebat ibuk dan ayah. Kita yang dewasa ini jadi malu ketika melalukan sesuatu tidak dengan percaya diri. Aku dan suami memang bukan tipe yang suka tampil di hadapan banyak orang. Kami lebih suka berada di belakang menjadi pendukung dan penyemangat. Lebih suka teknis di belakang daripada harus tampil di depan. Benar-benar mati kutu. Semoga Hanif tetap memegang semangat dan percaya dirinya ini untuk kebaikan. Aamiin.
Comments
Post a Comment